Sabtu, 10 September 2016

Rumah ku karam Anak ku malang

Ini kisah nyata. Bukan diada adakan. Saya adalah Konselor Sekolah disalah satu smp di kota padang. Biasa dalam sehari-hari menangani permasalahan anak-anak. Smp usia remaja awal yang penuh dengan penasaran dan keingin tahuan siswa.

Dalam satu kesempatan saya mengkonseling seorang anak namanya Alus (nama samaran). Menurut laporan dari walas dan guru-guru mapel,  Alus anak yang cerdas, tetapi memiliki masalah emosi. Ia sangat sentimentil, mudah tersinggung dan melampiaskan kemarahannya dengan memukul, meninju bahkan menendang. Tapi dibalik itu ia anak yang g cerdas dan mudah dalam mengikuti pelajaran.

Suatu ketika saya memanggilnya ke kantor bk. Sebelumnya ia telah berkelahi dengan teman satu kelasnya dan ia ingin lari dari sekolah. Awal konseling saya melakukan pengakraban diri. Saya meyakinkan dirinya bahwa saya orang yang bisa dipercaya untuk berbagi masalahnya. Berhasil. Seterusnya saya melakukan penstrukturan, saya menjelaskan padanya apa konseling serta sekilas tentang azaz dan fungsinya.

Ia mengangguk faham.
Konselor (ko): abang alus bisa abang ceritakan kenapa berantam dengan jiko (nama samaran)

Klien (ki): iya, ustadz, awak tadi tidak mengerjakan pr matematika, jiko mengejek awak, awak kesal sama dia makanya ia Alus pukul.

Ko: menurut abang apa dengan memukul si jiko pr alus selesai???

Ki: tidak ustadz...

Air matanya mengalir

Ko: abang alus gimana kalau jiko sempat luka atau cacat karena dipukul apa itu menyelesaikan masalah atau malah nambah masalah??

Ki: hiks hiks hiks

Air matanya bertambah pecah

Saya mengusap-usap punggungnya sambil menyodorkan tisu.
Ko: ok abang alus bagaimana kedepannya, apa masalah itu harus diselesaikan dengan    perkelahian bang?

Ki: hiks hiks (masih menangis) tidak ustadz.

Ko: ok, bang Alus, gimana baiknya kalau kita di ejek teman atau dijahili teman?

Ki: hiks hiks , Alus bisa mengingatkannya atau melaporkannya pada ustadz/ustadazh.

Ko: baik, bagus Bang Alus, kedepan seperti itu ya bang, tidak langsung kita mian hakim sendiri, kan bisa saja teman kita bercanda tapi kita salag tanggap, menyangka itu ejekan.

Ki: iya ust.

Ko: bang Alus, ayah ibu masih ada kan?

Ki: masih ust, (tangis yang mulai reda, saya liahat di ujung matanya menyembur kembali)

Ko: Apa Ayah sakit? Atau ibu sakit?

Ki: tidak ust, ayah ma ibu sehat, cuman ayah jarang kunjungan
(Maklum disekolah boarding school)

Ko: jarang kunjungan, emang ayah kamana bang?

Ki: hiks hiks uuuu, ( tangisnya makin serius, saya sangat iba melihat gurat wajah yang mengespresikan kehilangan yang mendalam. Menjaga profesionalis seorang konselor, saya harus kuat, tidak boleh ikut arus kesedihan klien, tapi sumbah tangisnya itu amat menyayat hati, pilu amat kelihatannya. Saya kembali mengusap punggungnya, sesekali mengusap air matanya.)

Ko: abang Alus, ada apa dengan ayah, cerita sama ustadz nak, cerita sama ustadz mana tahu ustadz bisa bantu nak.

Ki: hiks hiks, ustadz, 2 tahun yang lalu ayah sama ibu bercerai, (pisssss TARRRRRR!!!!!!, aku menelan ludah, kata itu mengagetkanku), ayah sibuk jualan dijakarta, ibu pulang ke payakumbuh sama adik Alus. Ayah tidak pernah kunjungan ke sini cuman abi saja yang kunjungan ustadz. Hiks hiks.

Ko: hmmmmm, (saya memeluk Alus sembari mengusap usap punggungnya) ok, bang Alus, mungkin abi bukannya tidak mau kunjungan tapi karena jarak yang jauh jadi sulit datang. (Aku coba menenangkan).

Ki: hiks hiks
Ko: ok bang alus nanti ustadz akan coba hubungi ayah, nanti ustadz sampaikan Alus Rindu sekali sama ayah.
Ki: iya ustadzzz????!!! (Ia menatapku mantap)

Ko: iya, nanti ustadz akan telepon.

Itu baru sedikit penggalan wawancara konseling dengan alaus, dalam pertemuan  berikutnya ia bercerita bahwa ayah dan ibunya bercerai hanya karena masalah salah paham, ibunya berwatak keras, begitu juga ayahnya. Tapi saya tidak fokus pada masalah orang tuanya, saya fokus pada keadaan si anak. Memberi penguatan dan motivasi. Di sekolah ada ustadz/ustadzah yang bisa dianggap sebagai ayah atau ibu.

Warga Motor, Bandar Buat, Padang, 10-09-2016
16.59 wib
Mencoret sceen hape menunggu meongku selesai salon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar