CERITA LEPAS
“SUBUH KALI INI”
Jumat,
3 Juni 2016 subuh kali ini nampaknya berbeda dengan subuh biasanya.
Masjid Kemenangan yang terletak di jantung Perumahan di kawasan siteba padang,
ada yang lain dari subuh biasanya. Bukan karena imamnya berganti dengan Hani Ar
Rifa’i, Musya’ari Al Afasi, atau syeikh As Sudais. Bukan pula karena muazzinnya
yang berganti, atau pengurus masjidnya. Tapi disubuh kali ini ada yang berbeda
dari biasanya.
Embun
subuh segar dan sejuk masuk keparu-paru hamba-hamba yang merindukan pertemuan
dengan Tuhannya, berjalan dengan cekatan menuju ke satu arah memenuhi panggilan
dari bilik-bilik adzan. Semuanya bergegas bangkit dari tidur nyenyak, melakukan
perlawanan dengan godaan selimut hangat, bantal empuk, dan juga kasur nikmat.
Mereka melepaskan belenggu-belenggu syaiton dari mata, tangan kaki dan
juga badannya. Menyucikan badan
membersihkan batin bersiap untuk mendirikan solat subuh.
Semuanya
tampak biasa, ketika memasuki pintu masjid, memuji keagungan Allah seraya
merendahkan diri dan memohon ampun padaNya. Melaksanakan solat qabliyah subuh 2
rakaat. Muazzin memberi aba-aba dengan iqomah bahwa solat subuh akan di
laksanakan. “Qod qomatissolah tu qod qomatissolah.....”
Ustadz
Regar maju memimpin solat, mengingatkan shof diluruskan tumit dirapatkan, bahu
di rekatkan untuk kesempurnaan solat berjamaah. (dengan cara itu maka di Masjid
tidak ada batas antara status sosial, pekerjaan dan jabatan. Kita melebur
menjadi satu hamba Allah yang mengaku lemah di atas KeagunganNya, dan jika
diterima saudara disebelah kiri dan kanan sebagai suatu persamaan akan terasa
indahnya persaudaraan yang dibina atas dasar iman dan ketaqwaan.
“Allahu
Akbar”, Ustadz Regar mendirikan takbiratul ikhrom memulai solat. Bacaan
Alfatihahnya sayup-rendah lembut-tinggi merasuk kehati setiap yang
mendengarkannya. Kemudian dilanjutkan dengan surah as Sajadah. Alif Lam mim di
baca meresap syahdu ke ulu hati. Perlahan dan pasti ayat-ayat dibacanya bagi
sebagian yang faham dengan artinya matanya berkaca-kaca seraya mengingat
kesalahan di atas ke Maha AmpunanNya, Mengingat kekhilafan di atas sifatNya
yang Mengazab dengan Azab yang Amat
pedih. Seterusnya ayat-demi ayat di lanjutkan perlahan suaranya makin terisak,
pada ayat 7 bacaannya menginsafkan hati-hati yang hidup. Sampai ayat 8, suaranya
makin parau, pada ayat ke 9 tangis dari depan mulai pecah. Saya tidak kuat
untuk membendung air mata, ia mengalir begitu saja sembari mendengarkan bacaan
Sang Imam. Bacaannya bergetar dan sambil terbata-bata berat melanjutkan ayat ke
10, kembali Ia terisak. Aku hanya bisa pasrah mendengarkan sambil merenungi dan
meresapi bacaannya. Dan pada saat ayat ke 12 Ia sulit untuk melanjutkan
tertahan oleh sesegukan Sang Imam. Di sebelah kanan, kiri belakang semunya
terdengar isakan menahan haru dan takut menyimak ayat yang di hadirkan.
Semuanya hening untuk sesaat. Terasa sekeliling masjid dikelilingi embun subuh
menyelimuti hati yang berkabut membasahi hati jamaah. Sejurus kemudian Sang
Imam melanjutkan sampai bacaan Sajadah.
Setelah
selesai solat suara sekeliling masjid berdengung seperti lebah, ada yang
terisak-isak, ada yang menyapu-nyapu air matanya, dan ada tersungkur sujud
kembali. Setelah selesai berdoa, Marbot menanyakan pada Sang Imam kenapa Solat
subuh ini berbeda dari subuh biasanya, Ia menjawab “ Seakan aku mendengar
jeritan di Neraka”.
Padang, 19 Juni 2016
Meja Kayu, Masjid
Darul Falah
07.12 Wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar