Padang, 20
januari 2015
wiu wiu wiuw toooot, wiu wiu wiu tooooot. Begitulah sirine ambulance
mengantarkan jenazah salah satu warga komplek cimpago permai koto lua pauh
padang menuju tempat pemakaman di rimbo gaek, kelurahan tilatang, kecamatan
lubuk kilangan. tepatnya dari depan pemakanan umum padang besi menyebrang jalan
raya masuk terus menuju kampung jua. dari komplek cimpago permai aku bersama
beberapa kerabat jenazah turut mengantarkan almarhumah. di dalam ambulance aku duduk
dibelakang bangku kursi depan, di samping supir, dan disebelah kananku tepat
ada sosok wanita yang sudah terbujur kaku, tak bernyawa, tak bernafas, dan tak
dapat bergerak lagi. seluruh tubuhnya ditutupi kain. kain paling luar adalah
kain hitam berkhatkan inaa lillalihi wa innaa ilaihi rojiuun. kain itu biasanya
di simpan di dalam peti dan diletakkan di dalam kamarku.
kain kedua adalah selendang bercorak
batik, yang biasanya digunakan untuk menggendong bayi atau balita di kampungku,
dan juga sering digunakan mahasiswa sebagai penutup meja ketika ada
seminar-seminar. di bawah kain itu ada kain putih, yang sudah dipotong-potong
menjadi tujuh potong. dan di tepi-tepi kainnya sudah di cabikkan oleh
tetua-tetua kampung di komplek. “ba a ko harus di cabian tapi kain kapan tu
ungku”[1]
tanyaku pada tuangku Rahmat Hidayat.
“ sabab satiok
orang ko kan elok-elok, tapi, ha pasti ada tapinyao, jadi mancabiaan tapi tu,
ibarat mancabiak nan buruak-buruak[2]”
jawabnya
mataku memandang lurus kearah kaca
mobil, dan bunyi sirine ambulance terus mengiang-ngiang. “seandainya
Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang sedang berdiri sekarang, sudah adakah rasanya
gelagat akan mati nanti, kalau ada biar kami siap-siap” itu pituah Buya
Ristawardi dt Marajo disela-sela pelepasan jenazah. “Kita semua hanya menunggu
waktu, menunggu giliran, dan menunggu antrian. semua nama kita tinggal
dipanggil kapan waktu yang telah dijanjikan.” tambahnya.
pesan itu terus
berputar-putar dalam kepalaku, dan menimbulkan tanda-tanda tanya. “ah memang
singkatnya dunia ini, tak dapat disangka, waktu berlalu dan saat kembali
tiba-tiba telah datang. semua kelalaian-dan kealpaan dalam menghadap Tuhan,
masihkah aku bisa terus bermain-main tanpa mempersiapkan diri” gumamku. mungkin
disaat ini jenazah ini kami antarkan, tapi siapa tahu, mungkin aku, kamu, atau
kita semua yang akan diantarkan orang. yang jelas jika waktunya telah tiba
semua tak bisa menolak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar