CAKAP KAKAP, “MATAHARI
TERBIT”
Assalamualaikum wr wb
selamat pagi hati, selamat jumpa
kembali
goresan-goresan jiwa!
maaf merindu tanpa hak
maaf bertutur tanpa SIM
:)
Tak hendak membalas cakapmu sebetulnya. Sejak kau lepaskan
torehan-torehan kata-kata itu kegenggamanku. Tapi entah rasa apa yang
membalutku tadi malam, hingga akhirnya harus ku sapa jua cakap kakap Matahari
terbit itu. Insya Allah, lagi-lagi hanya itu yang bisa terucap oleh lidah keluh
ini. Dan lagi-lagi kuserahkan semuanya dalam doamu dan doaku. Besar harapanku
padamu dan padaku, agar tak pernah lupa membujuk Tuhan agar mempertimbangkan
keinginan tengah mengalir ini,yaaaah, setidaknya Tuhan mau mempertimbangkannya.
Yaah, barangkali kau betul, di sini,
di suasana baru, bisa saja akan hadir sajak baru dalam hidupku. Tapi satu hal
yang harus kau tahu, kehadiran sajak pada saat ini sungguh tak semudah hadirnya
sajak-sajak lain di hatiku! Cukup lama ia berjalan-jalan di blog hatiku, di
raja jiwaku. Dan lagi-lagi Insya Allah kan ku usahakan sekuat hatiku menjaga
dan mensyukuri hadirnya. Agar ia mengalir indah tanpa henti. Barangkali harapku
lebih besar darimu. Entahlah, tak bisa terjawab oleh ku logikaku, soal-soal
cerita yang ia hibahkand alam skenario yang ia sediakan dalam hidup ini.
Sungguh, mulai kubaca pesan rindu
itu baru beberapa hari ini dan itu sangat mengharukan, sungguh aku tak kuasa
membayangkan jawaban doa-doa, meski aku belum tahu, apakah jawaban saat ini hanya
sebayas ujian untukku.
Dan padamu duhai hati, mohon maaf
sebesar-besarnya kadang kesuciannya kurang bisa kujaga, bahkan sering membubka
peluang pada pihak ketiga dari cerita-cerita kita. Sekali lagi maaf hati, Insya
Allah cukup kebenaran itu cerita yang mengerikan, dan harapku semoga itu juga
peristiwa terakhir sebelum izin sesungguhnya kita miliki. Let’s going on for
our target!
O iya, aku suka pertanyaan mu, “apakah
mau mencintai Ibuku/ Keluargaku?” hmm sebenarnya malas berkomentar banyak
tentang hal itu. Cuman satu hal yang harus kau ketahui, aku mencintai hati yang
dititipkan Tuhanku padamu. Dan apapun yang berhubungan dengan hati yang
kucintai, wajib untuk kucintai. Ya mencintainya karena Allah. Mencintainya karena
hati yang kucintai. Mencintainya sebagai posisinya sebagai orang tua. Layaknya sebagaiman
yang aku berikan pada semua orang. Kata Ibuku seperti ini “siapa pun imammu
nanti, kau harus ingat “ syurgamu ada digenggamannya, dan syurganya ada di
genggaman ibunya. Jadi bantulah ia meraih ridho ibunya, dengan sendirinya
syurgamu akan terbuka untukmu. Hmmm itu saja heheh
Wassalam
Parit Melintang, Pariaman, Sumatera
Barat, 13 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar