Jumat, 23 Januari 2015

SEPENGGAL KISAH DARI KOHAWAN




CAKAP KAKAP, “MATAHARI TERBIT”
Assalamualaikum wr wb
selamat pagi hati, selamat jumpa kembali
goresan-goresan jiwa!
maaf merindu tanpa hak
maaf bertutur tanpa SIM
:)

Tak hendak membalas cakapmu sebetulnya. Sejak kau lepaskan torehan-torehan kata-kata itu kegenggamanku. Tapi entah rasa apa yang membalutku tadi malam, hingga akhirnya harus ku sapa jua cakap kakap Matahari terbit itu. Insya Allah, lagi-lagi hanya itu yang bisa terucap oleh lidah keluh ini. Dan lagi-lagi kuserahkan semuanya dalam doamu dan doaku. Besar harapanku padamu dan padaku, agar tak pernah lupa membujuk Tuhan agar mempertimbangkan keinginan tengah mengalir ini,yaaaah, setidaknya Tuhan mau mempertimbangkannya.
            Yaah, barangkali kau betul, di sini, di suasana baru, bisa saja akan hadir sajak baru dalam hidupku. Tapi satu hal yang harus kau tahu, kehadiran sajak pada saat ini sungguh tak semudah hadirnya sajak-sajak lain di hatiku! Cukup lama ia berjalan-jalan di blog hatiku, di raja jiwaku. Dan lagi-lagi Insya Allah kan ku usahakan sekuat hatiku menjaga dan mensyukuri hadirnya. Agar ia mengalir indah tanpa henti. Barangkali harapku lebih besar darimu. Entahlah, tak bisa terjawab oleh ku logikaku, soal-soal cerita yang ia hibahkand alam skenario yang ia sediakan dalam hidup ini.
            Sungguh, mulai kubaca pesan rindu itu baru beberapa hari ini dan itu sangat mengharukan, sungguh aku tak kuasa membayangkan jawaban doa-doa, meski aku belum tahu, apakah jawaban saat ini hanya sebayas ujian untukku.

            Dan padamu duhai hati, mohon maaf sebesar-besarnya kadang kesuciannya kurang bisa kujaga, bahkan sering membubka peluang pada pihak ketiga dari cerita-cerita kita. Sekali lagi maaf hati, Insya Allah cukup kebenaran itu cerita yang mengerikan, dan harapku semoga itu juga peristiwa terakhir sebelum izin sesungguhnya kita miliki. Let’s going on for our target!
            O iya, aku suka pertanyaan mu, “apakah mau mencintai Ibuku/ Keluargaku?” hmm sebenarnya malas berkomentar banyak tentang hal itu. Cuman satu hal yang harus kau ketahui, aku mencintai hati yang dititipkan Tuhanku padamu. Dan apapun yang berhubungan dengan hati yang kucintai, wajib untuk kucintai. Ya mencintainya karena Allah. Mencintainya karena hati yang kucintai. Mencintainya sebagai posisinya sebagai orang tua. Layaknya sebagaiman yang aku berikan pada semua orang. Kata Ibuku seperti ini “siapa pun imammu nanti, kau harus ingat “ syurgamu ada digenggamannya, dan syurganya ada di genggaman ibunya. Jadi bantulah ia meraih ridho ibunya, dengan sendirinya syurgamu akan terbuka untukmu. Hmmm itu saja heheh
Wassalam
Parit Melintang, Pariaman, Sumatera Barat, 13 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar