GARIN ELITE
Ratapan
(Kisah Ibu Kecewa, Anaknya Tak Sarjana)
Dalam gerakmu yang lemas
Kau coba tuk bermunazat
Setiap pandanganmu, kau hanya berdesah
Dari bibirmu hanya keluh kesah
Tiada ubat[1]
penawar
Antara benci dan rasa holong[2]
Jika kau
melepasnya
Lungun[3] selalu
menyapamu
Jika kau
menahannya
Ditengah benci
dan holong
Beradu pacu
Kutak
bisa bergerak
Untuk
menolong hapus ratapmu
Sabar,
sabar, di ujung jalanan ada mentari
Kau
coba buka lembaran buram
Yang
hangus terbakar dan terkikis gerimis
Sabar,
sabar, di ujung jalanan ada mentari
Ditidurmu
gerimis selalu ada
Dimimpimu
deraian hujan berseling
Dibangunmu
awan selalu mendung
Lemas,
lelah, ngot-ngot[4]
Ku
tak bisa bergerak
Untuk
menolong hapus ratapmu
Sabar,
sabarlah Inangku[5]
Di
ujung jalanan ada mentari
Tiupan Angin
(Kasih Tak
Sampai, kawin lari dengan begu[6])
Di
atas ranjang kayu
ku
gelisah seribu tanya
muncul
dan pergi dari pikiran
kisah
indahku yang dahulu
“janganlah
kau tega meninggalkanku”
Bola
mataku berkali basah
Raut
wajahku turut mendung
Semenjak
kau tinggalkan aku di sini
Senyum
indah, mempesona, gelora asmara
Pupus
ditiup angin...
Secepat kerlipan mata
Masa lalu pun pergi
Dan dia datang dengan segala tipu daya
Dan akhirnya ku tenggelam di dalamnya
Semuanya
pun pergi
Tinggalah
bekas senyum pahit
Melepaskan
kisah kita
Dan
semuanya pun terbawa
Perlahan
oleh tiupan angin
Kepergian mu kita coba dengan bersama
Walah badan tak pernah bersua
Ku tetap teguh pada mimpi kita
Tiupan angin mengabarkan
Kau lalai di indahnya kesemuan Dan akhirnya
Angin jujur berkata
“dia kawin lari bersama begu”
Seiring
helaan nafas
Mutiara
beningpun jatuh jua
Ku
paksa diri tersenyum
Batinku
terlalu jujur
HATIKU
HANCUR..
HASRAT
MENYIKSA
(lagi kasih
tak sampai)
Ku
tulis perjalanan
Di
atas kertas buram
Selalu
ku usap dengan penyesalan
Tergores
lagi dengan kelalaian
Riak indah wajahmu
Menghayutkan aku di sungai cintamu
Tah kenapa, wajahmu
selalu indah dalam syarafku
Banyak
insan tertunduk padamu
Termasuk
si hina pemimpi ini
Tak
ku ingin, senyummu
Mengetok
hatiku
Ku tahu semua hampa
Demi mu itu pun aku puas
Ku bermunazat tak menggapaimu,
Biarpun ku tahu kau langit dan aku bumi
Biar mimpi itu, terus membelite.
MATI MERANA “OH
MARJAN”
Saban
hari aku merinduimu
Inginku
melupakanmu
Namun
tak ada seindah dirimu
Oh
marjan
Jauh
sudah ku di sini
Tapi
dirimu marjan
Sinarmu
menerangi
Tiba-tiba
bayanganmu datang
Tak
sabar bibir berucap
Jangan
lagi, kau pergi
Aku
tak tahan disiksa rindu
Jangan
lagi dzolimi aku
Aku
tak tahan jauh darimu
Oh
marjan, orat syarafku
Kenapa
dahulu kau jawab iya
Padahal
kau racuni aku dengan bualanmu
Oh..
Tuhanku,
Aku
tak tahu, pada siapa kucurahkan
Semua
sudah sesak
Di
telah pergi
Tinggal
hanya aku
Di
samping kafan ini
Bila
ku berjalan, teringat lagi kamu
Bila
ku sembahyang
Disapa
dulu oleh bayanganmu
Bila
ku duduk ku ingat kata-kata mu
“Jangan
pernah ada yang lain di hatimu”
Itu
kecetmu[7]
Hancur hatiku...oh hancur hatiku
Tak
dapat ku ucap
Hati
ku luluh lebur
Oh
oh oh oh Tuhanku
Oh
Tuhanku
Kemanakah
aku pergi
Tak
tahan lagi
Sakit
yang ku tanggung
Sendiri
Ku
berjalan tak tahu arah
Bibir
bercap tapi tak ada makna
Mata
berputar otak pun terbang
Hingga
kutak tahu dimana aku ini
Tinggal
selop di bawah kaki ku
Tatap
mata tajam kelangit
Lembab
pipi ini
Dan
nafas pun pergi
TERAMBANG
Disetiap
tatapan mu
Ku
rasa getaran asmara
Diam-diam
merasuk hatiku
Senyummu
nan lembut
Mengusap
luka-lukaku
Ingin
sekali ku menggapaimu
Tangan
kotor ini, tangan kotor ini
Terlalu
pendek tuk meraihmu
Berulang
kali
Murkaku
pada otakku
Jeritan
batin terlalu tulus
Aku
mendambamu
Ku
tak perlu jawabanmu
Kau
tak perlu melirikku
Terserah
itu takdirmu
Biar
hatiku lega
Dengar
saja (diam)
(ludah
masuk keronggongan)
“maafkan
aku mencintaimu, oh marjanku...)
MUJAHADAH
Kau...!
Yang
tertunduk!
Duduk
tersipu di sudut kepedihanmu?
Bangun!!!
Bangkit
lah kau sang fakir?
Tiadamu,
tiada!
Mimpimu,mimpi!
Citamu,
cita!
lungunmu[8]
penegar!
Semua
tahu kubanganmu?
Pahit
jalanmu?
Nafasmu
tersengal?
Berdiri!
Berdiri!berdiri!
Jejaki!
Dan
terus jejaki!
Air
matamu terlalu mahal!
Tuk
bayar kepedihanmu!
Hapus
isakmu!
kisah mu pagi ini
Berjalan
lah!
Yakinlah!
Nafas,
jiwamu, di ketek Ilahi,
Terus,
terus dan teruslah berjalan!
Samapai
kau dibelai Ilahi!
[1]
Obat (bhs batak mandailing)
[2]
Sayang (bhs batak mandailing)
[3]
Rindu yang teramat dalam (bhs batak mandailing)
[4]
Rasa sakit mendenyut, seperti denyutan sakit bisul (bhs batak mandailing)
[5]
Ibu (bhs batak mandailing)
[6]
Begu, hantu penghuli hutan (bhs batak mandailing)
[7]
Katamu (bahasa minang)
[8]
Rindu teramat berat (bhs batak mandailing)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar