Sabtu, 24 Januari 2015

SYAIR-SYAIR



GARIN ELITE     
       Ratapan
(Kisah Ibu Kecewa, Anaknya Tak Sarjana)

Dalam gerakmu yang lemas
Kau coba tuk bermunazat
Setiap pandanganmu, kau hanya berdesah
Dari bibirmu hanya keluh kesah
Tiada ubat[1] penawar
Antara benci dan rasa holong[2]

            Jika kau melepasnya
Lungun[3] selalu menyapamu
Jika kau menahannya
Ditengah benci dan holong
Beradu pacu

Kutak bisa bergerak
Untuk menolong hapus ratapmu
Sabar, sabar, di ujung jalanan ada mentari
Kau coba buka lembaran buram
Yang hangus terbakar dan terkikis gerimis
Sabar, sabar, di ujung jalanan ada mentari

Ditidurmu gerimis selalu ada
Dimimpimu deraian hujan berseling
Dibangunmu awan selalu mendung
Lemas, lelah, ngot-ngot[4]

Ku tak bisa bergerak
Untuk menolong hapus ratapmu
Sabar, sabarlah Inangku[5]
Di ujung jalanan ada mentari

 
Tiupan Angin
(Kasih Tak Sampai, kawin lari dengan begu[6])
Di atas ranjang kayu
ku gelisah seribu tanya
muncul dan pergi dari pikiran
kisah indahku yang dahulu
“janganlah kau tega meninggalkanku”
Bola mataku berkali basah
Raut wajahku turut mendung
Semenjak kau tinggalkan aku di sini
Senyum indah, mempesona, gelora asmara
Pupus ditiup angin...

            Secepat kerlipan mata
Masa lalu pun pergi
Dan dia datang dengan segala tipu daya
Dan akhirnya ku tenggelam di dalamnya

Semuanya pun pergi
Tinggalah bekas senyum pahit
Melepaskan kisah kita
Dan semuanya pun terbawa
Perlahan oleh tiupan angin

Kepergian mu kita coba dengan bersama
Walah badan tak pernah bersua
Ku tetap teguh pada mimpi kita
Tiupan angin mengabarkan
Kau lalai di indahnya kesemuan Dan akhirnya
Angin jujur berkata
“dia kawin lari bersama begu”

Seiring helaan nafas
Mutiara beningpun jatuh jua
Ku paksa diri tersenyum
Batinku terlalu jujur
HATIKU HANCUR..

 

HASRAT MENYIKSA
(lagi kasih tak sampai)
Ku tulis perjalanan
Di atas kertas buram
Selalu ku usap dengan penyesalan
Tergores lagi dengan kelalaian

Riak indah wajahmu
Menghayutkan aku di sungai cintamu
Tah kenapa, wajahmu
 selalu indah dalam syarafku

Banyak insan tertunduk padamu
Termasuk si hina pemimpi ini
Tak ku ingin, senyummu
Mengetok hatiku

Ku tahu semua hampa
Demi mu itu pun aku puas
Ku bermunazat tak menggapaimu,
Biarpun ku tahu kau langit dan aku bumi
Biar mimpi itu, terus membelite.

 

MATI MERANA “OH MARJAN”

Saban hari aku merinduimu
Inginku melupakanmu
Namun tak ada seindah dirimu
Oh marjan
Jauh sudah ku di sini
Tapi dirimu marjan
Sinarmu menerangi

Tiba-tiba bayanganmu datang
Tak sabar bibir berucap
Jangan lagi, kau pergi
Aku tak tahan disiksa rindu
Jangan lagi dzolimi aku
Aku tak tahan jauh darimu
Oh marjan, orat syarafku

Kenapa dahulu kau jawab iya
Padahal kau racuni aku dengan bualanmu
Oh.. Tuhanku,
Aku tak tahu, pada siapa kucurahkan
Semua sudah sesak
Di telah pergi
Tinggal hanya aku
Di samping kafan ini


Bila ku berjalan, teringat lagi kamu
Bila ku sembahyang
Disapa dulu oleh bayanganmu
Bila ku duduk ku ingat kata-kata mu
“Jangan pernah ada yang lain di hatimu”
Itu kecetmu[7]

 Hancur hatiku...oh hancur hatiku
Tak dapat ku ucap
Hati ku luluh lebur
Oh oh oh oh Tuhanku

Oh Tuhanku
Kemanakah aku pergi
Tak tahan lagi
Sakit yang ku tanggung
Sendiri
Ku berjalan tak tahu arah
Bibir bercap tapi tak ada makna
Mata berputar otak pun terbang
Hingga kutak tahu dimana aku ini
Tinggal selop di bawah kaki ku
Tatap mata tajam kelangit
Lembab pipi ini
Dan nafas pun pergi

TERAMBANG

Disetiap tatapan mu
Ku rasa getaran asmara
Diam-diam merasuk hatiku
Senyummu nan lembut
Mengusap luka-lukaku

Ingin sekali ku menggapaimu
Tangan kotor ini, tangan kotor ini
Terlalu pendek tuk meraihmu

Berulang kali
Murkaku pada otakku
Jeritan batin terlalu tulus
Aku mendambamu

Ku tak perlu jawabanmu
Kau tak perlu melirikku
Terserah itu takdirmu
Biar hatiku lega
Dengar saja (diam)
(ludah masuk keronggongan)
“maafkan aku mencintaimu, oh marjanku...)

MUJAHADAH
Kau...!
Yang tertunduk!
Duduk tersipu di sudut kepedihanmu?
Bangun!!!

Bangkit lah kau sang fakir?
Tiadamu, tiada!
Mimpimu,mimpi!
Citamu, cita!

lungunmu[8] penegar!
Semua tahu kubanganmu?
Pahit jalanmu?
Nafasmu tersengal?
Berdiri!
Berdiri!berdiri!
Jejaki!
Dan terus jejaki!

Air matamu terlalu mahal!
Tuk bayar kepedihanmu!
Hapus isakmu!
kisah mu pagi ini

Berjalan lah!
Yakinlah!
Nafas, jiwamu, di ketek Ilahi,
Terus, terus dan teruslah berjalan!
Samapai kau dibelai Ilahi!



[1] Obat (bhs batak mandailing)
[2] Sayang (bhs batak mandailing)
[3] Rindu yang teramat dalam (bhs batak mandailing)
[4] Rasa sakit mendenyut, seperti denyutan sakit bisul (bhs batak mandailing)
[5] Ibu (bhs batak mandailing)
[6] Begu, hantu penghuli hutan (bhs batak mandailing)
[7] Katamu (bahasa minang)
[8] Rindu teramat berat (bhs batak mandailing)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar