Sabtu, 30 Juli 2016



APA YANG TELAH SAYA LAKUKAN
                               (SEBUAH RENUNGAN DI PERGURUAN ISLAM AR RISALAH)
                                                                             
            Siang itu, sehabis solat zuhur aku duduk bersama salah seorang musyrif (pengasuh asrama) di perguruan islam ar risalah. Ihsan (nama samaran) namanya. Dalam perbincangan kami ust ihsan adalah orang yang super taat, luar biasa kekeh, dan amat kharismatik. Tampilannya sederhana, ia juga lulusan dari Institut Agama Islam (IAIN) Imam Bonjol Padang, tapi selama kuliah disana saya belum pernah berjumpa dengannya. Tingginya lebih kurang 160 cm, jenggotnya melambai-lambai, kata anak-anak di PIAR dia teroris, padahal ia orang yang amat santun, sopan sapaannya sejuk dan menenangkan, sungguh berbalik dengan apa yang anak-anak sangkakan.
           
            Belum lagi ketaannya dalam amal yaumiyahnya sungguh sulit ditandingi, kata teman-teman ia bisa mengkhatamkan al quran hanya 3 hari, itu masih kategori santai, kalau di genjot kata teman-teman ia bisa khatam dalam 2 hari. Saya iseng bertanya pada teman-teman musyrif “ gimana dia mengkhatamkannya ?” “ ia pasang alarm semwaktu tilawah, kalau ia mengantuk barang 5 m, maka alaram di hpnya akan berbunyi, maka ia lanjut tilawahnya” widihhhh!!!! Luar biasa pantasan za wajahnya teduh dan menenangkan. Sesuatu yang tanpa bukti memang sulit untuk dipercaya. Begitu juga dengan apa yang teman-teman katakan. Ternyata apa yang mereka ceritakan memang betul adanya. Pada bulan juni 2016 kemarin, anak-anak kelas IX SMP melakukan rihlah 2 hari 1 malam kedaerah agam sekitarnya dan bermalam di maninjau dekat dengan kampungnya Buya Hamka. Kebetulan saya ditunjuk sebagai pendamping anak kelas Thaif.

            Pada malam harinya kami menginap di dekat danau maninjau disalah satu kampung ustadz, maka kami pun istirahat di masjid. Saya yang dikenal anak-anak sebagai yang sedikit humoris dan misterius menjadi tempat anak-anak berbagi cerita, maka sepanjang malam kami bercerita lepas tentang apa saja, mulai dari asyiknya belajar di PIAR, suka dan dukanya,    hingga sampai pada cerita pengalaman misteri. Saya dan anak-anak saling bertukar cerita tak terasa kami bertukar cerita hingga jam 00.00 WIB. Satu persatu anak-anak KO, dan terkapar tidur pulas. Sampai yang tersisa hanya 2 orang anak dan saya lihat ustadz ihsan sudah tertidur pulas sejak jam 21.00 WIB. Hingga jam 00.30 wib ketika semua anak-anak tidur dan saya mulai memjamkan mata apa yang terjadi, ditengah malam dan di dinginnya pinggiran danau maninjau ustadz ihsan bangkit dari tidurnya menuju kamar wudhu, sembari berbaring saya memperhatikan. Ternyata apa yang dikatakan teman-teman ustdz kemarin betul. Ustadz ini sulit ditandingi dalam hal ibadah. Sesudah berwudhu, ia pergi ke teras masjid mengambil sajadah dan mulailah ia menghadapkan dirinya pada Allah SWT. Ayat yang dibacanya bukannya surat-surat pendek tapi dirakaat pertama ia membaca surah ali imran dan karena kantuk dan lelah aku terlelap sembari mendengar sayup-sayup lantunan ayat yang dibacakan ustadz ihsan. Dingin yang menyelimuti pinggiran danau maninjau membuat aku terbangun jam 03.30 wib, ketika aku ngucek-ngucek mata, ternyata saya masih mendengar suara ustadz ihsan. “hah, ternyata ia belum selesai solat malamnya, hmmm luar biasa, Subhanallah”. Saya jadi berkecil hati apa yang telah saya lakukan. Ketaatan seperti apa yang sudah saya lakukan. 

            Kembali awal cerita, ketika saya menghampiri ustadz ihsan, dan memulai berbincang, bincang dengannya. “ustadz, kenapa tak mau beli hp android, dari pertama kenal kayaknya ustadz hanya pake manual ini, bisanya hanya sms dan nelpon, ustadz gak mau update info tentang perkembangan dunia?” “
“owh, mau gimana lagi ustadz jai, ini baru yang bisa dibeli, hehehe”,
“ ah masa sih stadz, kemana perginya yang tiap bulan keluar hak hak hak”.
“ emang apa faedahnya sih pakai hp android ustadz jai?”,
“wah banyak stadz, ustadz tau bu sulhah, kemarin beliau meninggal duni?”
“ hah, Innalillahi wa inna ilaihi rajiuuun”, wah ana gak tau itu”
“ustadz ada tau mantan wakil rektor IAIN, periode kemarin ditahan ?”
“hah, Innalillahi wa inna ilaihi rajiuuun, kok bisa? Stadz jai dapat kabar dari siapa?”
“liat infonya di fb stadz, jadi untuk ukuran seperti ustadz kayaknya cocok untuk menggunakan hp android agar tidak ketinggalan info, bukan begitu stadz..???”
“uhwmmm, betul juga ya”
            Saya menyampaikan itu agar, ustadz ini tidak kudet, agar bisa menambah wawasan dunia luar.
“wah, wah, kayaknya memang perlu ya punya hp android tu?”
“ jelas lah, ustadz, selain itu kita bisa memasukkan program al qur’an, hadis dan buku-buku islam lainnya serta melihat perkembangan dunia luar” ajak saya dengan sedikit promosi
“ ok lah bulan depan saya akan beli hp android, tapi ustadz kawanin saya ya saya tidak faham masalah hp ini”
“nah gitu donk ustdaz, biar bisa terhubung dengan dunia luar, tidak hanya sebatas di asrama, masjid dan math’am, hehehe. Eh ustadz, kenapa gak besok saja, bukannya di rekening banyak pitisnya tuh?”
“ha ha ha, gak ada stadz jai, ana gak ada rekening dan gak ada pitis, di tangan saya sekarang hanya ada Rp 20.000,00”
“lha, kok bisa kek gitu, terus kemana bulanan ustadz?”
“heheh (sambil senyum dia memperbaiki posisi duduknya, dan menatap saya dengan tatapan syahdu) stadz jai, gaji yang saya terima satu bulan itu, saya hanya mengambil Rp 100.000.00, yang lainnya saya kirimkan”
“heh!? Ustadz kirim ke orang tua?”
“bukan ustadz”
“terus kirim ke istri? Eh wait, ustadz dah punya istri???”
“hehehe tak ustadz, saya belum punya istri, saya kirimkan hampir semua gaji saya tiap bulannya pada anak saya”
“lho lho, ini macam mana ceritanya punya anak tak punya istri???”
“iya, saya membelanjai 2 anak, di musolla saya dulu, dan alhamdulillah sekarang satu anak saya lulus di piar”
SUBHANALLAH ustadz ihsan luar biasa, dalam hati saya mengis kedalam ternyata keiklasan saya masih jauh, jauh jauh dari sebenar keiklasan.