Selasa, 10 Oktober 2017

BERDAMAI DENGAN LUKA SEJARAH




Bekas luka kadang lebih sakit dari luka itu sendiri. Baik orang maupun golongan merasakan sakit yang berkelanjutan atas bekas luka yang dialami. Lukanya tak seberapa bekasnya yang tidak mau dihapus. Begitulah kadang ralita berjalan, entah itu bekas luka fisik maupun psikis semuanya berbekas terus menghantui sepanjang kehidupan. 

Masyarakat Indonesia merasakan bagaimana bekas luka yang di tinggalkan oleh faham Komunis yang membuat perasaan bermacam ragam jika kata PKI di sebutkann. Bagaimana tidak sejarah membentang bagaimana PKI dua kali, 1948 dan 1965 mencoba KUP dengan kekerasan dan darah dua kali. Faham yang yang di usung oleh Marx dan Lenin ini jaya membuai kita dalam mimpi kesejahtraan dan keadilan yang menipu. Kita dihasut dan  dan di adu domba sehingga terjadinya perang saudara pada hal kita sebagai anak Bangsa yang sama satu Ibu Pertiwi. Luka ini terus membekas hingga era digital ini. 

Di dunia, Marxisma-Leninisma-Stalinisma-Maonisma yang dikenal dengan nama komunisme pernah mendominasi yaitu sekitar abad 20 selama 74 tahun lamanya. Selama 74 tahun di 76 negara partai ini telah membantai 100 juta manusia. Pemilu di negara komunis Cuma boleh diikuti oleh satu partai. Masjid, gereja dan vihara diruntuhkan sebanyak-banyaknya, diratakan dengan tanah. Fatamorgana kemakmuran yang dijanjikan dibidang Ekonomi, politik, sosial dan budaya berakhir dengan kebangkrutan, bahkan pada diri Komunis sejatinya adalah kekerasan berdarah, supermiliteristis-imperialistis, anti demokrasi amoral dan anti Tuhan. 

Belajar dari masa lalu, tentunya kita tidak mau jatuh ke dalam lubang yang sama sehingga membuat kita terus dalam lingkaran penyesalan. Berangkat dari bekas luka juta tidak tepat jika terus menanamkan dendam pada saudara sebangsa, tapi sejarah di kenang agar menjadi pelajaran bagai seluruh anak bangsa bahwa faham komunis membuat kesengsaraan di tanah air ini. Untuk saudara sebangsa dan setah air, lahir dalam keadaan fitrah, maka semuanya behak diperlakukan dengan hal yang sama dimata masyarakat dan dimata hukum. Seperti pepatah arab mengatakan, qod fata ma fataa “yang berlalu biarlah berlalu” bukan melupakan sejarah tapi mencoba mengubur dendam pada saudara sebangsa setanah air. Lembaran baru terbuka lebar bagi setiap anak bangsa untuk berkreatifitas dan berkarya untuk kemakmuran bersama. 

 Cimpago Permai, Koto Lua, Pauh, Padang, 11 Oktober 2017
07. 33 Wib

Rabu, 27 September 2017

PERJUANGAN DAN TANTANGAN KEHIDUPAN



Kehidupan manusia di dunia yang akan bermuara pada kehidupan kekelan di akhirat, tidak bisa di jalani apa adanya, dalam arti tanpa upaya untuk menjadikan manusia itu berkehidupan mulia sebagai mana yang digariskan oleh Yang Maha Pencipta. Kemuliaan hidup manusia akan terwujud jika kesejatian manusia berkembang sesuai dengan rentang usianya. Kesejatian manusia itu terdiri atas komponen hakiakat manusia, potensi dasar manusia dan zona kehidupan manusia. 

            Diantara manusia ada yang bertanya dan berpikir secara mendalam, ingin mengetahui apa dan siapa sebenarnya manusia itu. Banyak yang mencari-cari tentang kesejatian manusia. Hal ini akan terlihat jika hakikat manusia itu diketahui. Hakikat manusia adalah sebagai makhluk Allh yang berpanca citra, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Allah, diciptakan paling sempurna, paling tinggi derajatnya, sebagai khalifah di muka bumi dan menyandang HAM (Hak Asasi Manusia). Kelima citra manusia ini adalah keseluruhan komponen aspek diri manusia. 

            Manusia yang lahir di atas dunia di lengkapi dengan potensi dasar kemanusiaan yang terdiri atas unsur-unsur panca daya, yaitu daya taqwa, daya cipta, daya rasa, daya karsa dan daya karya. Manusia dalam kehidupannya saat panca daya ini berkembang secara optimal maka ia menjadi manusia yang berdaya guna dan bermanfaat bagi sekitarnya. 

            Unsur-unsur kesejatian manusia itu akan berkembang dalam zona kehidupan manusia, yaitu zona kefitrahan, zona keindividualan, zona kesosialan, zona kesusilaan dan zona keberagaman. Manusia sebagai hamba ciptaan Tuhan lahir dalam keadaan fitrah suci dan mengandung potensi taqwa dan keburukan. Keduanya akan mempunyai peluang yang sama dalam rentang kehidupan manusia. Sebagi seorang diri yang memiliki kediriannya manusia hidupa dalam zona keindividualan, manusia itu unik berbeda dengan manusia lainnya. Setiap manusia memiliki keunikan dan keberagaman tersendiri bahkan dengan kembaran sekalipun. Sebagai bagian dari masyarakat dan unsur dari masyarakat manusia hidup dalam wilayah kesosialan. Manusia yang berkembang dengan baik akan hidup bermasyarakat; ikut berbaur dan bergaul dengan masyarakat sekitar dimana manusia itu tinggal. Manusia yang hidup tanpa merasa bagian dari masyarakat mengucilkan diri atau dikucilkan akan terhambat secara sosial dan akan menjadi manusia yang hanya bisa sholeh secara individual tanpa memiliki kesolehan sosial. Manusia dalam menjalani kehidupannya akan berupaya menciptakan kehidupan yang aman dan damai; untuk mencapai keamanan dan kedaian itu maka ia akan hidup dalam wilayah aturan dan keagamaan. 

            Tuhan telah menggariskan bahwa kehidupan manusia akan berada pada lingkaran bahagia dan sengsara, masalah dan solusi, menang dan kalah serta kebaragaman dan kekomplekan zona kehidupan manusia. Lebih jauh Sang Maha Pencipta juga menegaskan bahwa dalam kehidupannya, manusia (setiap saat) dihadapkan pada kondisi yang mengarah kejalan kebaikan dan di sisi lain ke jalan kesesatan. Berbahagialah mereka yang menempuh jalan kebaikan, dan celakalah mereka yang menempuh jalan kesesatan. Mampukah manusia dalam kehidupannya memilih jalan kebaikan itu dan menghindar diri dari jalan kesesatan? Jawabannya: disalanah letak perjuangan dan tantangan kehidupan. 

            Manusia akan dihadapkan pada kondisi dimana ia dituntut untuk memutuskan memilih kenikmatan sesaat yang akan menjerusmuskan dirinya pada kesengsaraann yang berkelanjutan dan berketerusan serta keabadian atau pada perjuangan yang menuntut kegigihan dan kesungguhan untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi sehingga berakhir pada kebahagiaan dan kenikmatan yang hakiki.
            Secara tegas Tuhan yang Maha Pemberi Petunjuk telah mengingatkan bahwa atas nama masa, manusia akan menyesal dan mengumpati diri karena kekalahan dalam perjuangan dan menghadapi tantangan kehidupan. Bahkan mereka memohon agar dikembalikan kedunia agar kembali berjuang mengarungi tantangan kehidupan lagi sehingga tidak merana seperti yang mereka rasakan. Penyesalan itu tidak akan menimpa manusia yaitu mereka yang tetap mengembangkan hakikat kemanusia, potensi dan dalam zona kehidupannya. Kemudian mereka juga berupaya untuk menjadi pribadi yang mulia diakui oleh dirinya sendiri maupun masyarakat sekitar; karena ada manusia hanya mulia di hadapan orang banyak tetapi kediriannya mengingkari kemuliaannya lantaran hanya yang baik-baik muncul di permukaan, sengkan kesalahan dan kelemahan diri jauh berda dalam palung diri dan diakui keadaannya. Kemudian manusia itu menularkan kebaikan-kebaikan pada orang lain dimana saja ia barada; tidak hanya dalam lingkungan rumah tangga tetapi juga dilingkungan tempat bekerja maupun dilingkungan masyarakat. Terakhir manusia yang akan menjadi pemenang atas perjuangan dan dalam menghadapai tantangan kehidupan ialah manusia yang konsisten dalam pengembangan diri menuju manusia yang efektif dalam kehidupan sehari-hari; menjadi manusia yang damai, berkembang, maju, sejahtra dan bahagia dunia dan akhirat. 
 Padang, 26 September 2017
22.10 WIB

Kamis, 24 Agustus 2017

ADAKAH 5 S DALAM HUBUNGANMU ? (5 S Prof. Prayitno)




Pada pertemuan perdana matakuliah Wawasan Bimbingan dan Konseling di paska sarjana Universitas Negeri Padang bersama dengan guru besar Bimbingan Konseling Bapak Prof. Prayitno ada hal yang cukup menarik. Mula sekalai beliau mengeluarkan statmen “Orang-orang yang cenderung duduk di belakang bermasalah”, spontan kami yang dalam ruangan saling tatap dan kawan-kawan yang di barisan kedua langsung mengambil posisi untuk bergeser dan mengisi duduk di bagian depan sehingga formasi kelas itu hanya satu lajur. Entah betul atau tidak, apakah memang orang yang cenderung duduk dibelakang itu bermasalah siapa yang tahu tapi itulah yang beliau utarakan. Dari statmen itu maka bergulirlah pendapat diantara kami mengupas statmen beliau tersebut.
Kemudian kami di berikan sebuah tulisan tentang peran Tuhan dalam alam semesta. Diawal tulisan ada beliau mengutip statmen dari fisikawan terkenal Steapen Howking “ Gods or Demons couldn’t intervene in the running of the uviverse” yang makna pokoknya Tuhan tidak berperan dalam keberadaan dan keberlangsungan alam semesta. Terang saja beliau tidak setuju dengan pernyataan tersebut sehingga ia menulis bantahannya. Ada 65 peran Tuhan yang ditulis oleh Prof. Prayitno yang memberikan penekanan bahawa Tuhan sangat berperan dalam keberlangsungan alam semesta ini.
Dari pembicaraan ini mengalirlah pembicaraan kearah pasangan. Menggelitik sekali apa yang pak Prof sampaikan. “nikmat Tuhan yang paling besar itu adalah seksual”, sontak kami cengengesan. “kalau ada nikamat yang lain seperti makan, minum, dan yang lainnya tidak sebesar nikmat seksual, sehingga syurga dunia itu adalah berhubungan seksual” tegas beliau. Agak risih juga mendengarnya. “sehingga untuk sampai kesitu diatur sedemikian rupa oleh Tuhan. Kalau nikmat yang lainnya hanya sedikit sehingga untuk pengaturannya tidak selengkap urusan seksual”.
Hubungan berpasangan itu akan baik jika di topang dengan 5 “
1.      Sah
Jika memilliki pasangan tidak dengan cara yang sah, entah itu pacaran atau sejenisnya maka hanya akan membuat luka yang akan merugikan kedua belah pihak.
2.      Seks
Jangan meremehkan urusan seks, banyak perkara rumah tangga yang goyang akibat urusan seks ini tidak selesai, entah istri yang mandul atau suami yang lemah kukuknya sehingga cukup banyak rumah tangga kandas akibat masalah seks tidak selesai. Pesannya pada siapapun yang ingin melangkah ke jenjang yang serius alangkah baiknya berkonsultasi pada dokter kelamin.

3.      Kasih sayang
Jika urusan 1 dan 2 sudah selesai maka urusan berikutnya adalah kasih sayang, ada juga rumah tangga didalamnya tidak ada kasih sayang, bahkan dalam masalah seksual ada yang dengan kekerasan.
4.      Sarana hidup
Sarana menjadi penunjang bagi bahagianya hubungan. Cuman batas cukupnya sarana hidup akan berbeda oleh setiap orang. Sehingga Prof. Prayitno mengatakan tidak berlebih-lebihan dalan memenuhi sarana penunjang hidup.
5.      Sosial
Ada lho suami atau istri yang kurang pandai bersosial. Baik tu kepada tetangga masyarakat maupun dengan pihak keluarga dari kedua belah pihak. Sehingga kadang angin keributan dalam rumah tangga itu muncul dari lingkaran keluarga dekat.
Jika sudah memenuhi 5 S diatas dengan mengharap pada Tuhan mudah-mudahan hubungan yang dibina berlangsung nyaman dan menentramkan.
Padang, 24 Agustus 2017
Ruang A2211 Paska Sarjana BK UNP