Rabu, 27 September 2017

PERJUANGAN DAN TANTANGAN KEHIDUPAN



Kehidupan manusia di dunia yang akan bermuara pada kehidupan kekelan di akhirat, tidak bisa di jalani apa adanya, dalam arti tanpa upaya untuk menjadikan manusia itu berkehidupan mulia sebagai mana yang digariskan oleh Yang Maha Pencipta. Kemuliaan hidup manusia akan terwujud jika kesejatian manusia berkembang sesuai dengan rentang usianya. Kesejatian manusia itu terdiri atas komponen hakiakat manusia, potensi dasar manusia dan zona kehidupan manusia. 

            Diantara manusia ada yang bertanya dan berpikir secara mendalam, ingin mengetahui apa dan siapa sebenarnya manusia itu. Banyak yang mencari-cari tentang kesejatian manusia. Hal ini akan terlihat jika hakikat manusia itu diketahui. Hakikat manusia adalah sebagai makhluk Allh yang berpanca citra, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Allah, diciptakan paling sempurna, paling tinggi derajatnya, sebagai khalifah di muka bumi dan menyandang HAM (Hak Asasi Manusia). Kelima citra manusia ini adalah keseluruhan komponen aspek diri manusia. 

            Manusia yang lahir di atas dunia di lengkapi dengan potensi dasar kemanusiaan yang terdiri atas unsur-unsur panca daya, yaitu daya taqwa, daya cipta, daya rasa, daya karsa dan daya karya. Manusia dalam kehidupannya saat panca daya ini berkembang secara optimal maka ia menjadi manusia yang berdaya guna dan bermanfaat bagi sekitarnya. 

            Unsur-unsur kesejatian manusia itu akan berkembang dalam zona kehidupan manusia, yaitu zona kefitrahan, zona keindividualan, zona kesosialan, zona kesusilaan dan zona keberagaman. Manusia sebagai hamba ciptaan Tuhan lahir dalam keadaan fitrah suci dan mengandung potensi taqwa dan keburukan. Keduanya akan mempunyai peluang yang sama dalam rentang kehidupan manusia. Sebagi seorang diri yang memiliki kediriannya manusia hidupa dalam zona keindividualan, manusia itu unik berbeda dengan manusia lainnya. Setiap manusia memiliki keunikan dan keberagaman tersendiri bahkan dengan kembaran sekalipun. Sebagai bagian dari masyarakat dan unsur dari masyarakat manusia hidup dalam wilayah kesosialan. Manusia yang berkembang dengan baik akan hidup bermasyarakat; ikut berbaur dan bergaul dengan masyarakat sekitar dimana manusia itu tinggal. Manusia yang hidup tanpa merasa bagian dari masyarakat mengucilkan diri atau dikucilkan akan terhambat secara sosial dan akan menjadi manusia yang hanya bisa sholeh secara individual tanpa memiliki kesolehan sosial. Manusia dalam menjalani kehidupannya akan berupaya menciptakan kehidupan yang aman dan damai; untuk mencapai keamanan dan kedaian itu maka ia akan hidup dalam wilayah aturan dan keagamaan. 

            Tuhan telah menggariskan bahwa kehidupan manusia akan berada pada lingkaran bahagia dan sengsara, masalah dan solusi, menang dan kalah serta kebaragaman dan kekomplekan zona kehidupan manusia. Lebih jauh Sang Maha Pencipta juga menegaskan bahwa dalam kehidupannya, manusia (setiap saat) dihadapkan pada kondisi yang mengarah kejalan kebaikan dan di sisi lain ke jalan kesesatan. Berbahagialah mereka yang menempuh jalan kebaikan, dan celakalah mereka yang menempuh jalan kesesatan. Mampukah manusia dalam kehidupannya memilih jalan kebaikan itu dan menghindar diri dari jalan kesesatan? Jawabannya: disalanah letak perjuangan dan tantangan kehidupan. 

            Manusia akan dihadapkan pada kondisi dimana ia dituntut untuk memutuskan memilih kenikmatan sesaat yang akan menjerusmuskan dirinya pada kesengsaraann yang berkelanjutan dan berketerusan serta keabadian atau pada perjuangan yang menuntut kegigihan dan kesungguhan untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi sehingga berakhir pada kebahagiaan dan kenikmatan yang hakiki.
            Secara tegas Tuhan yang Maha Pemberi Petunjuk telah mengingatkan bahwa atas nama masa, manusia akan menyesal dan mengumpati diri karena kekalahan dalam perjuangan dan menghadapi tantangan kehidupan. Bahkan mereka memohon agar dikembalikan kedunia agar kembali berjuang mengarungi tantangan kehidupan lagi sehingga tidak merana seperti yang mereka rasakan. Penyesalan itu tidak akan menimpa manusia yaitu mereka yang tetap mengembangkan hakikat kemanusia, potensi dan dalam zona kehidupannya. Kemudian mereka juga berupaya untuk menjadi pribadi yang mulia diakui oleh dirinya sendiri maupun masyarakat sekitar; karena ada manusia hanya mulia di hadapan orang banyak tetapi kediriannya mengingkari kemuliaannya lantaran hanya yang baik-baik muncul di permukaan, sengkan kesalahan dan kelemahan diri jauh berda dalam palung diri dan diakui keadaannya. Kemudian manusia itu menularkan kebaikan-kebaikan pada orang lain dimana saja ia barada; tidak hanya dalam lingkungan rumah tangga tetapi juga dilingkungan tempat bekerja maupun dilingkungan masyarakat. Terakhir manusia yang akan menjadi pemenang atas perjuangan dan dalam menghadapai tantangan kehidupan ialah manusia yang konsisten dalam pengembangan diri menuju manusia yang efektif dalam kehidupan sehari-hari; menjadi manusia yang damai, berkembang, maju, sejahtra dan bahagia dunia dan akhirat. 
 Padang, 26 September 2017
22.10 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar